Senin, 24 Oktober 2011

resensi


Tugas 2 Resensi
a.       Pengertian
Resensi jika dari bahasa Latin, revidere (kata kerja) atau recensie. Artinya melihat kembali, menimbang, atau menilai. Tindakan meresensi mengandung memberikan penilaian, mengungkapkan kembali isi pertunjukan, membahas, dan mengkritiknya.
Dalam buku Bahasa dan Sastra Indonesia (yang ditulis Euis Sulastri dkk) istilah resensi berasal dari bahasa belanda, retentie, yang berarti kupasan atau pembahasan. Jadi, pengertian resensi adalah kupasan atau pembahasan tentang buku, film, atau drama yang biasanya disiarkan melalui media massa, seperti surat kabar atau majalah.
Pada Kamus Sinonim Bhasa Indonesia disebutkan bahwa resnsi adalah pertimbangan, pembicaraan,atau ulasan buku.
b.      Komponen Resensi
Ketika memutuskan untuk menulis resensi ke media massa maka orientasinya adalah pembaca. Kita perlu memikirkan alasan seseorang pada saat membaca suatu resensi. Salah satu alasan seseorang membaca resensi adalah untuk mencari masukan buku mana yang bagus untuk dibeli. Karena itu, setidaknya ada dua hal yang dicari pembaca, yaitu gambaran dan penilaian buku. Dua hal inilah patokan kita mengembangkan resensi.
-        Judul
Judul ini berbeda dengan judul yang diresensi. Judul ini adalah gambaran sudut pandang yang ditonjolkan dalam meresensi.
-        Identitas Buku
Identitas buku berisi judul buku (kalau buku terjemahan, sertakan pula judul aslinya), pengarang, penerbit, tahun terbit dan edisinya (apakah buku itu dicetak berapa kali), jumlah halaman, harga buku (kalau diperlukan).
-        Pembuka
Bagian pembuka seperti membuat lead pada jenis tulisan lainnya. ada dua lead sederhana yang biasa dipakai. Pertama, mencari kutipan yang paling menarik dari isi buku. Sebagai tips ketika membaca kita perlu menandai kalimat-kalimat yang menarik dalam buku yang hedak diresensi, karena mungkin kita memilih jenis lead ini. Kedua, menceritakan isu yang sedang hangat lalu dikaitkan dengan isi buku. Selain dua contoh ini masih banyak gaya lead lain.
-        Isi
Bagian isi biasanya berisi sinopsis, pengenalaran pengarang, dan penilaian kekurangan-kelebihan buku. Biasanya yang dinilai ada empat hal. Pertama, kaitan penulis dengan buku dan tujuan penulisannya. Kedua, korelasi antarbab. Ketiga, bahasa yang digunakan penulis. Keempat, tampilan buku, mulai dari sampul maupun isi teks, soal keterbacaan dan keindahannya.
-        Penutup
Bagian penutup iasanya adalah penentuan sasaran yang cocok membaca buku tersebut. Apa bisa dibaca semua orang, atau diaca para akademisi, atau dibaca para penggemar hobi tertentu misalnya. Atau kita juga bahkan boleh menilai yang cukup ekstrem, misalnya buku ini belum layak terbit karena terlalu banyak kesalahan di mana-mana.

c.       Teknik Membuat Resensi Buku
Beruntung orang yang suka membaca buku. Mereka yang gemar membaca buku akan terbuka wawasannya, tidak kuper dan cupet pandangan. Mereka akan mendapatkan informasi selain yang dipikirkannya selama ini, begitu juga referensi dan pengetahuannya akan bertambah luas. Inilah sebenarnya investasi berharga sebagai modal untuk mengarungi kehidupannya. Orang yang menyukai aktivitas membaca, biasanya mereka tidak akan terjebak dalam pola berpikir sempit ketika menghadapi problem-problem penting yang terjadi di dunia. Dalam kehidupan nyata juga berpeluang besar punya potensi dan kecenderungan yang bijak dalam mensikapi kejadian-kejadian keseharian di sekitarnya.
Tapi, bagi orang yang ingin berbuat lebih dan mau berbagi ilmu kepada orang lain, membaca saja tak cukup. Mereka perlu memiliki ketrampilan lagi yaitu ketrampilan meresensi buku (berbagi bacaan). Sebelum melangkah kepada teknik ringkas meresensi buku, ada beberapa hal penting mengapa resensi perlu dibuat. Tujuannya, diantaranya sebagai berikut,
1.      Membantu pembaca (publik) yang belum berkesempatan membaca buku yang dimaksud (karena buku yang diresensi biasanya buku baru) atau membantu mereka yang memang tidak punya waktu membaca buku sedikitpun. Dengan adanya resensi, pembaca bisa mengetahui gambaran dan penilaian umum terhadap buku tertentu. Setidaknya, dalam level praktis keseharian, bisa dijadikan bahan obrolan yang bermanfaat dari pada menggosip yang tidak jelas juntrungnya.
2.      Mengetahui kelemahan dan kelebihan buku yang diresensi. Dengan begitu, pembaca bisa belajar bagaimana semestinya membuat buku yang baik itu. Memang, peresensi bisa saja sangat subjektif dalam menilai buku. Tapi, bagaimanapun juga tetap akan punya manfaat (terutama kalau dipublikasikan di media cetak, karena telah melewati seleksi redaktur). Lewat buku yang diresensi itulah peresensi belajar melakukan kritik dan koreksi terhadap sebuah buku. Disisi lain, seorang pembaca juga akan melakukan pembelajaran yang sama. Pembaca bisa tahu dan secara tak sadar akan menggumam pelan “Oooo buku ini begini.... begitu” setelah membaca karya resensi.
3.      Mengetahui latarbelakang dan alasan buku tersebut diterbitkan. Sisi Undercovernya. Kalaupun tidak bisa mendapkan informasi yang demikian, peresensi tetap bisa mengacu pada halaman pengantar atau prolog yang terdapat dalam sebuah buku. Kalau tidak, informasi dari pemberitaan media tak jadi soal.
4.      Mengetahui perbandingan buku yang telah dihasilkan penulis yang sama atau buku-buku karya penulis lain yang sejenis. Peresensi yang punya “jam terbang” tinggi, biasanya tidak melulu mengulas isi buku apa adanya. Biasanya, mereka juga menghadirkan karya-karya sebelumnya yang telah ditulis oleh pengarang buku tersebut atau buku-buku karya penulis lain yang sejenis. Hal ini tentu akan lebih memperkaya wawasan pembaca nantinya.
5.      Bagi penulis buku yang diresensi, informasi atas buku yang diulas bisa sebagai masukan berharga bagi proses kreatif kepenulisan selanjutnya. Karena tak jarang peresensi memberikan kritik yang tajam baik itu dari segi cara dan gaya kepenulisan maupun isi dan substansi bukunya. Sedangkan, bagi penerbit bisa dijadikan wahana koreksi karena biasanya peresensi juga menyoroti soal font (jenis huruf) mutu cetakan dsb.
Nah, untuk bisa meresensi buku, sebenarnya tidak sesulit yang dibayangkan sebagian orang. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan siapa saja yang akan membuat resensi buku asalkan mereka mau. Diantaranya;
v Tahap Persiapan
1.   Memilih jenis buku. Tentu setiap orang mempunyai hobi dan minat tertentu pada sebuah buku. Pada proses pemilihan ini akan lebih baik kalau kita fokus untuk meresensi buku-buku tertentu yang menjadi minat atau sesuai dengan latarbelakang pendidikan kita. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa seseorang tidak mungkin menguasai berbagai macam bidang sekaligus. Ini terkait dengan ” otoritas ilmiah”. Tidak berarti membatasi atau melarang-larang orang untuk meresensi buku. Tapi, hanya soal siapa berbicara apa. Seorang guru tentu lebih paham bagaimana cara mengajar siswa dibandingkan seorang tukang sayur.
2.   Usahakan buku baru. Ini jika karya resensi akan dipublikasikan di media cetak. Buku-buku yang sudah lama tentu kecil kemungkinan akan termuat karena dinilai sudah basi dengan asumsi sudah banyak yang membacanya. Sehingga tidak mengundang rasa penasaran. Untuk buku-buku lama (yang diniatkan hanya sekedar untuk berbagi ilmu, bukan untuk mendapatkan honor) tetap bisa diresensi dan dipublikasikan misalnya lewat blog (jurnal personal).
3.   Membuat anatomi buku. Yaitu informasi awal mengenai buku yang akan diresensi. Contoh formatnya sebagai berikut;
Judul Karya Resensi

Judul Buku :
Penulis :
Penerbit :
Harga :
Tebal :
v Tahap Pengerjaan
1.   Membaca dengan detail dan mencatat hal-hal penting. Ini yang membedakan antara pembaca biasa dan peresensi buku. Bagi pembaca biasa, membaca bisa sambil lalu dan boleh menghentikan kapan saja. Bagi seorang peresensi, mesti membaca buku sampai tuntas agar bisa mendapatkan informasi buku secara menyeluruh. Begitu juga mencatat kutipan dan pemikiran yang dirasa penting yang terdapat dalam buku tersebut.
2.   Setelah membaca, mulai menuliskan karya resensi buku yang dimaksud. Dalam karya resensi tersebut, setidaknya mengandung beberapa hal;
·      Informasi(anatomi) awal buku (seperti format diatas).
·      Tentukan judul yang menarik dan “provokatif”.
·      Membuat ulasan singkat buku. Ringkasan garis besar isi buku.
·      Memberikan penilaian buku. (substansi isinya maupun cover dan cetakan fisiknya) atau membandingkan dengan buku lain. Inilah sesungguhnya fungsi utama seorang peresensi yaitu sebagai kritikus sehingga bisa membantu publik menilai sebuah buku.
·      Menonjolkan sisi yang beda atas buku yang diresensi dengan buku lainnya.
·      Mengulas manfaat buku tersebut bagi pembaca.
·      Mengkoreksi karya resensi. Editing kelengkapan karya, EYD dan sistematika jalan pikiran resensi yang telah dihasilkan. Yang terpenting tentu bukan isi buku itu apa, tapi apa sikap dan penilaian peresensi terhadap buku tersebut.
v Tahap Publikasi
1.   Karya disesuaikan dengan ruang media yang akan kita kirimi resensi. Setiap media berbeda-beda panjang dan pendeknya. Mengikuti syarat jumlah halaman dari media yang bersangkutan adalah sebuah langkah yang aman bagi peresensi.
2.   Menyertakan cover halaman depan buku.
3.   Mengirimkan karya sesuai dengan jenis buku-buku yang resensinya telah diterbitkan sebelumnya. Peresensi perlu menengok dan memahami buku jenis apa yang sering dimuat pada sebuah media tertentu. Hal ini untuk menghindari penolakan karya kita oleh redaktur.
Demikian ulasan sekilas mengenai teknik sederhana meresensi buku. Pada intinya, persoalan meresensi buku adalah soal berbagi (ilmu). Setelah membaca buku, biasanya kita bahagia karena memperoleh wawasan baru. Dengan begitu urusan meresensi buku juga bisa berarti kita berbagi kebahagiaan dengan orang lain.(yons achmad)


Sumber :

0 komentar:

Posting Komentar

 

itasepta Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez