Tugas 2 Resensi
a.
Pengertian
Resensi
jika dari bahasa Latin, revidere (kata kerja) atau recensie. Artinya melihat
kembali, menimbang, atau menilai. Tindakan meresensi mengandung memberikan
penilaian, mengungkapkan kembali isi pertunjukan, membahas, dan mengkritiknya.
Dalam
buku Bahasa dan Sastra Indonesia (yang ditulis Euis Sulastri dkk) istilah
resensi berasal dari bahasa belanda, retentie, yang berarti kupasan atau
pembahasan. Jadi, pengertian resensi adalah kupasan atau pembahasan tentang
buku, film, atau drama yang biasanya disiarkan melalui media massa, seperti
surat kabar atau majalah.
Pada
Kamus Sinonim Bhasa Indonesia disebutkan bahwa resnsi adalah pertimbangan,
pembicaraan,atau ulasan buku.
b.
Komponen
Resensi
Ketika
memutuskan untuk menulis resensi ke media massa maka orientasinya adalah
pembaca. Kita perlu memikirkan alasan seseorang pada saat membaca suatu
resensi. Salah satu alasan seseorang membaca resensi adalah untuk mencari
masukan buku mana yang bagus untuk dibeli. Karena itu, setidaknya ada dua hal
yang dicari pembaca, yaitu gambaran dan penilaian buku. Dua hal inilah patokan
kita mengembangkan resensi.
-
Judul
Judul ini berbeda dengan judul yang diresensi. Judul ini
adalah gambaran sudut pandang yang ditonjolkan dalam meresensi.
-
Identitas
Buku
Identitas buku berisi judul buku (kalau buku terjemahan,
sertakan pula judul aslinya), pengarang, penerbit, tahun terbit dan edisinya
(apakah buku itu dicetak berapa kali), jumlah halaman, harga buku (kalau
diperlukan).
-
Pembuka
Bagian pembuka seperti membuat lead pada jenis tulisan
lainnya. ada dua lead sederhana yang biasa dipakai. Pertama, mencari kutipan
yang paling menarik dari isi buku. Sebagai tips ketika membaca kita perlu
menandai kalimat-kalimat yang menarik dalam buku yang hedak diresensi, karena mungkin
kita memilih jenis lead ini. Kedua, menceritakan isu yang sedang hangat lalu
dikaitkan dengan isi buku. Selain dua contoh ini masih banyak gaya lead lain.
-
Isi
Bagian isi biasanya berisi sinopsis, pengenalaran
pengarang, dan penilaian kekurangan-kelebihan buku. Biasanya yang dinilai ada
empat hal. Pertama, kaitan penulis dengan buku dan tujuan penulisannya. Kedua,
korelasi antarbab. Ketiga, bahasa yang digunakan penulis. Keempat, tampilan
buku, mulai dari sampul maupun isi teks, soal keterbacaan dan keindahannya.
-
Penutup
Bagian penutup iasanya adalah penentuan sasaran yang
cocok membaca buku tersebut. Apa bisa dibaca semua orang, atau diaca para
akademisi, atau dibaca para penggemar hobi tertentu misalnya. Atau kita juga
bahkan boleh menilai yang cukup ekstrem, misalnya buku ini belum layak terbit
karena terlalu banyak kesalahan di mana-mana.
c.
Teknik
Membuat Resensi Buku
Beruntung orang yang suka membaca buku. Mereka yang gemar
membaca buku akan terbuka wawasannya, tidak kuper dan cupet pandangan. Mereka
akan mendapatkan informasi selain yang dipikirkannya selama ini, begitu juga
referensi dan pengetahuannya akan bertambah luas. Inilah sebenarnya investasi
berharga sebagai modal untuk mengarungi kehidupannya. Orang yang menyukai
aktivitas membaca, biasanya mereka tidak akan terjebak dalam pola berpikir
sempit ketika menghadapi problem-problem penting yang terjadi di dunia. Dalam
kehidupan nyata juga berpeluang besar punya potensi dan kecenderungan yang
bijak dalam mensikapi kejadian-kejadian keseharian di sekitarnya.
Tapi, bagi orang yang
ingin berbuat lebih dan mau berbagi ilmu kepada orang lain, membaca saja tak
cukup. Mereka perlu memiliki ketrampilan lagi yaitu ketrampilan meresensi buku
(berbagi bacaan). Sebelum melangkah kepada teknik ringkas meresensi buku, ada
beberapa hal penting mengapa resensi perlu dibuat. Tujuannya, diantaranya
sebagai berikut,
1.
Membantu pembaca (publik) yang belum berkesempatan membaca buku
yang dimaksud (karena buku yang diresensi biasanya buku baru) atau membantu
mereka yang memang tidak punya waktu membaca buku sedikitpun. Dengan adanya
resensi, pembaca bisa mengetahui gambaran dan penilaian umum terhadap buku
tertentu. Setidaknya, dalam level praktis keseharian, bisa dijadikan bahan
obrolan yang bermanfaat dari pada menggosip yang tidak jelas juntrungnya.
2.
Mengetahui kelemahan dan kelebihan buku yang diresensi. Dengan
begitu, pembaca bisa belajar bagaimana semestinya membuat buku yang baik itu.
Memang, peresensi bisa saja sangat subjektif dalam menilai buku. Tapi,
bagaimanapun juga tetap akan punya manfaat (terutama kalau dipublikasikan di
media cetak, karena telah melewati seleksi redaktur). Lewat buku yang diresensi
itulah peresensi belajar melakukan kritik dan koreksi terhadap sebuah buku.
Disisi lain, seorang pembaca juga akan melakukan pembelajaran yang sama.
Pembaca bisa tahu dan secara tak sadar akan menggumam pelan “Oooo buku ini
begini.... begitu” setelah membaca karya resensi.
3.
Mengetahui latarbelakang dan alasan buku tersebut diterbitkan.
Sisi Undercovernya. Kalaupun tidak bisa mendapkan informasi yang demikian,
peresensi tetap bisa mengacu pada halaman pengantar atau prolog yang terdapat
dalam sebuah buku. Kalau tidak, informasi dari pemberitaan media tak jadi soal.
4.
Mengetahui perbandingan buku yang telah dihasilkan penulis yang
sama atau buku-buku karya penulis lain yang sejenis. Peresensi yang punya “jam
terbang” tinggi, biasanya tidak melulu mengulas isi buku apa adanya. Biasanya,
mereka juga menghadirkan karya-karya sebelumnya yang telah ditulis oleh
pengarang buku tersebut atau buku-buku karya penulis lain yang sejenis. Hal ini
tentu akan lebih memperkaya wawasan pembaca nantinya.
5.
Bagi penulis buku yang diresensi, informasi atas buku yang
diulas bisa sebagai masukan berharga bagi proses kreatif kepenulisan selanjutnya.
Karena tak jarang peresensi memberikan kritik yang tajam baik itu dari segi
cara dan gaya kepenulisan maupun isi dan substansi bukunya. Sedangkan, bagi
penerbit bisa dijadikan wahana koreksi karena biasanya peresensi juga menyoroti
soal font (jenis huruf) mutu cetakan dsb.
Nah, untuk bisa
meresensi buku, sebenarnya tidak sesulit yang dibayangkan sebagian orang. Ada
beberapa langkah yang bisa dilakukan siapa saja yang akan membuat resensi buku
asalkan mereka mau. Diantaranya;
v Tahap Persiapan
1.
Memilih jenis buku. Tentu setiap orang mempunyai hobi dan minat
tertentu pada sebuah buku. Pada proses pemilihan ini akan lebih baik kalau kita
fokus untuk meresensi buku-buku tertentu yang menjadi minat atau sesuai dengan
latarbelakang pendidikan kita. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa
seseorang tidak mungkin menguasai berbagai macam bidang sekaligus. Ini terkait
dengan ” otoritas ilmiah”. Tidak berarti membatasi atau melarang-larang orang
untuk meresensi buku. Tapi, hanya soal siapa berbicara apa. Seorang guru tentu
lebih paham bagaimana cara mengajar siswa dibandingkan seorang tukang sayur.
2.
Usahakan buku baru. Ini jika karya resensi akan dipublikasikan
di media cetak. Buku-buku yang sudah lama tentu kecil kemungkinan akan termuat
karena dinilai sudah basi dengan asumsi sudah banyak yang membacanya. Sehingga
tidak mengundang rasa penasaran. Untuk buku-buku lama (yang diniatkan hanya
sekedar untuk berbagi ilmu, bukan untuk mendapatkan honor) tetap bisa diresensi
dan dipublikasikan misalnya lewat blog (jurnal personal).
3.
Membuat anatomi buku. Yaitu informasi awal mengenai buku yang
akan diresensi. Contoh formatnya sebagai berikut;
Judul Karya Resensi
Judul Buku :
Penulis :
Penerbit :
Harga :
Tebal :
v Tahap Pengerjaan
1.
Membaca dengan detail dan mencatat hal-hal penting. Ini yang
membedakan antara pembaca biasa dan peresensi buku. Bagi pembaca biasa, membaca
bisa sambil lalu dan boleh menghentikan kapan saja. Bagi seorang peresensi,
mesti membaca buku sampai tuntas agar bisa mendapatkan informasi buku secara
menyeluruh. Begitu juga mencatat kutipan dan pemikiran yang dirasa penting yang
terdapat dalam buku tersebut.
2.
Setelah membaca, mulai menuliskan karya resensi buku yang
dimaksud. Dalam karya resensi tersebut, setidaknya mengandung beberapa hal;
·
Informasi(anatomi) awal buku (seperti format diatas).
·
Tentukan judul yang menarik dan “provokatif”.
·
Membuat ulasan singkat buku. Ringkasan garis besar isi buku.
·
Memberikan penilaian buku. (substansi isinya maupun cover dan
cetakan fisiknya) atau membandingkan dengan buku lain. Inilah sesungguhnya
fungsi utama seorang peresensi yaitu sebagai kritikus sehingga bisa membantu
publik menilai sebuah buku.
·
Menonjolkan sisi yang beda atas buku yang diresensi dengan buku
lainnya.
·
Mengulas manfaat buku tersebut bagi pembaca.
·
Mengkoreksi karya resensi. Editing kelengkapan karya, EYD dan
sistematika jalan pikiran resensi yang telah dihasilkan. Yang terpenting tentu
bukan isi buku itu apa, tapi apa sikap dan penilaian peresensi terhadap buku
tersebut.
v Tahap Publikasi
1.
Karya disesuaikan dengan ruang media yang akan kita kirimi
resensi. Setiap media berbeda-beda panjang dan pendeknya. Mengikuti syarat
jumlah halaman dari media yang bersangkutan adalah sebuah langkah yang aman
bagi peresensi.
2.
Menyertakan cover halaman depan buku.
3.
Mengirimkan karya sesuai dengan jenis buku-buku yang resensinya
telah diterbitkan sebelumnya. Peresensi perlu menengok dan memahami buku jenis
apa yang sering dimuat pada sebuah media tertentu. Hal ini untuk menghindari
penolakan karya kita oleh redaktur.
Demikian ulasan sekilas mengenai teknik sederhana meresensi
buku. Pada intinya, persoalan meresensi buku adalah soal berbagi (ilmu).
Setelah membaca buku, biasanya kita bahagia karena memperoleh wawasan baru.
Dengan begitu urusan meresensi buku juga bisa berarti kita berbagi kebahagiaan
dengan orang lain.(yons achmad)
Sumber :